Senin, Desember 15, 2014

Titian Nasib 1



Tahukah kamu? Bahwa nasib itu saling tumpang tindih? Mereka berkesinambungan antara satu dengan yang lain. Satu hitam, yang lain ikut buram.

Kalau saja kau mujur, bisa saja kau dilahirkan pada juragan batik atau jamu. Lalu kau bisa seenaknya memilih sekolah, jurusan, bahkan jajanan yang ingin kau makan. Kalau sial,setidaknya kau masih jadi anak juragan!


Lain halnya bila kurang beruntung, kau mungkin dilahirkan di keluarga yang tak pernah ada uang jajan, plesiran, ataupun bayangan mobil apa yang ingin kau beli. Jangankan memilih jurusan, pengembangan karir hingga gaji yang ingin dicapai guna memperbaiki nasib jadi taruhan!

Selamat datang kawan, hai nasib baik, hai nasib buruk! Kalian selalu mengintai,menguntit, menyeringai padaku sejak dulu. Ah ya, aku tahu. Kalian ingin memperbaiki kontrak kerja kita kan? Ya, selepas aku lulus ini, benar kan? Tapi maaf, tak ada yang menarik lagi dari kalian. Aku pikir, kalian sudah usang, harus hilang ditelan zaman. Biar, biar saja kalian disembunyikan Tuhan. Toh tuan keadilan dan nyonya kemanusiaan masih berleha-leha dalam dekapan cukong-cukong kekayaan. Sudah! Silahkan kalian terbahak-bahak. Aku tak peduli.

Sedetik kemudian mataku nanar. Bibirku mengaduh, kepalaku tengadah, kepada langit, kepada matahari yang terlalu terik. Terlintas di depanku, seorang bapak-bapak setengah baya. la membawa gendongan dagangan, kacang goreng, manisan mangga, tahu sumedang. Pakaiannya lusuh, sandal jepitnya menghitam, wajahnya letih. Diantara wanita- wanita berbusana modis, dengan wajah menor, dan parfum yang menggelegak syaraf, ia meniti hidup, selangkah demi selangkah, bersama nasib yang entah dari mana.

Lidahku tetap majal, tak bersuara. Teringat semalam, seorang perantauan dari pakualaman, yogyakarta. la bawa berbagai minuman kemasan dengan sepeda kunonya. Tak ada peringatan tahun baru. Tak ada telepon genggam di tangan. Nasibnya, juga nasib anak istri di peraduan yang jadi tumpuannya berjingkat merangkaki waktu.

Aku membisu. Impian-impian akan nasib adalah sumber penderitaan. Tapi sayangnya, hidupmu tak pernah berhenti untuk bermimpi, berencana, berandai-andai.

Dan, tahukah kamu kawan? Bahwa nasib itu saling tumpang tindih? Mereka berkesinambungan antara satu dengan yang lain. Satu hitam, yang lain ikut buram.


21.18, kereta majapahit, menuju pasar senen, 29 Nopember 2014. Selesai di Blok M, 1 Desember 2014, 17.33



Tidak ada komentar:

Posting Komentar