Terkadang jalan akan bercabang. Perempatan, pertigaan, bahkan perlimaan atau mungkin lebih, harus dilalui. Mata kita akan awas pada setiap pengguna jalan yang lain. Hati-hati, kecepatan menjadi titik penentu. Keselamatan jadi penting. Namun, terkadang kita harus memilih resiko. Entah itu besar atau kecil, resiko yang kita pilih akan membuntuti. Ia membonceng di jok belakang, berpegangan erat pada punggungmu
bilamana motor kau pilih sebagai pengantar. Ada saatnya mobil kau gunakan, lalu ia akan duduk disampingmu, memandangmu dengan tatapan tajam, menyeringai, mungkin tersenyum, meskipun kau terus sibuk menyetir mengendalikan laju.
Berjalan kaki akan kau pilih ketika ramai, penuh orang. Di antara liyan, kau akan meniti tiap langkah. Kau nikmati sekitar. Melihat-lihat rumah-rumah, pertokoan, trotoar, pepohonan, gedung-gedung pencakar langit, bunga-bunga, sampai burung-burung yang bertebangan di atasmu. Sesekali kau melompat kecil menghindari genangan air, tahi ayam, juga pecahan kaca. Tapi, semua dapat kau rasakan dengan dalam. Tiap bau manusia yang kau temui, menyeruak masuk melalui hidungmu. Sesekali pula kau akan bertemu sahabat, wajah-wajah yang kau kenal, lalu bertegur sapa. Sekadar menanyakan kabar atau bahkan mengundangnya untuk makan malam di rumah. Kemudian bertemu dengan ibumu, bertukar nama, bahkan cerita. Kalau beruntung, tentu akan dapat pula kau tawarkan masakan terbaik ibumu yang selalu sederhana namun menggugah selera.
Terkadang, kau tak akan sempat berjalan. Mengendarai motor kau pilih dalam menyusuri jalan itu. Ketika jarak yang kau tuju terlampau jauh, tentu motor akan lebih menghemat waktu. Sayangnya, kau hanya dapat melihat wajah-wajah liyan, sulit untuk bertukar pikiran, sapaan, bahkan candaan. Resiko tak sampai ke tempat tujuan pun lebih besar. Kecelakaan bisa kapan saja terjadi. Kau bisa mati! Tapi waktumu terhemat. Meski sesekali kau harus memelankan laju motormu saat melewati polisi yang selalu tertidur sebagaimana polisi-polisi di negeri ini. Sewaktu-waktu kau pun akan meliuk-liuk, mengikuti jalan yang bekelok-kelok, menghindari lubang, termasuk pula saat jalan menanjak. Setelah itu, turunan tiba di depan mata. Kau akan menginjak rem, menahan gerak motormu yang semakin cepat. Ah, mungkin kau memang terburu-buru. Seharusnya kau gas terus saja. Tak perlu peduli dengan resiko, karena mati adalah kepastian.
Ada saatnya kau akan memilih mobil agar kau merasa sendiri. Kau biarkan laju jalanmu sepi. Terkurung di dalam kabin, tanpa menikmati panas dan hujan. Tak perduli siang atau malam, ah tak menarik, tapi setidaknya kau dapat memutar musik kesukaanmu agar untaian melodi terus mengiringi perjalananmu. Namun, tetap saja tak menarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar