Minggu, September 14, 2014

Jarak

Sebenarnya jika kau tahu, jarak hanyalah ilusi. Ia hanya mengelabui pandanganmu yang tak lebih dari pembatasan imaji. Setiap jengkal yang kau lihat, membuat bayangan akan bentuk sebelum adanya menjadi kabur. Ia lari, menghilang, ditelan asap yang bernama fakta. Bahkan ketika itu dilukiskan secara surealis, kata-kata hingga rona tersirat dalam otak berubah, menjadi butiran-butiran yang mengumpul. Setiap butir berpegangan erat. Satu per satu. Memanjang, melebar, meninggi, dan saling mengisi. Begitulah jarak diciptakan.



Jarak yang hadir di antara kau dan aku tak lebih dari sejengkal, antara telinga yang satu dengan lainnya. Bahkan mungkin hanya sekepalan tangan. Ia tak pernah lebih panjang dari mistar 30 cm. pendek, teramat pendek. Iabernilai kecil dalam hitungan panjang. Sayangnya, ia seperti rambutmu. Rambut yang kau kucir kuda. Kemana pun kau mengarahkan pandangmu, ia mengikuti. Tak pernah lepas. Hanya pada saat ruangan kau kunci rapat. Lampu menjadi temaram. Lalu diantara bibir yang terbuka keluar kata-kata jujur, antara aku dan kamu. Ia mulai luluh. Lenyap sejenak. Bersembunyi di balik makna. Sesaat, sebelum kemudian ia kembali meloncat. Berpegangan pada alam pikiran kita masing-masing, menelikung perasaan, menghancurkan reaksi fusi sel-sel lobus frontalis. Hingga akhirnya aku tersadar, ilusi ini adalah kenyataan dalam dimensi yang kita mengerti sebagai usaha menyatukan aku dan kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar