Selasa, Oktober 22, 2013

Kepada Sahabat

Kita adalah sekelompok
Jiwa yang tetirah pada kemapanan
Mencari madu semau hati
Seperti asap yang keluar
dari cerobong-cerobong pabrik
tempat masa depan diserahkan

kita adalah sekelompok manusia bersekat
pada sunyi malam
bertanya pada keberanian
bagai menerjemahkan lagu angin
yang menghantam sisi
tebing curam peraduan

kita adalah sekelompok manusia penanti purnama
dan dinginnya malam
rasa jadi beku
jarak menjelma semu

dan kita adalah sekelompok manusia yang menyerah
pada aturan baku
memenjara aku dan kamu


(Jarak Ijo, Ngadas. 22 Juli 2013, 22:42)

Rabu, Mei 22, 2013

Pergerakan Dari Tengah ke Tengah



Hidup adalah tentang mengklasifikasikan sesuatu. Tak dapat dipungkiri, manusia sebagai pemeran utama dalam kehidupan, selalu mencoba untuk mengelompokkan segala hal dalam bentuk-bentuk yang lebih mudah dicerna. Mulai dari benda, status sosial, status ekonomi, bahkan sampai kualitas kehidupan itu sendiri, selalu dipilah-pilah menjadi beragam kelompok oleh manusia. Berbagai macam metode dan faktor diramu untuk mengelompokkannya. Apa yang menjadi pembanding? Pembatas? Tiap hal tentu memiliki hakikatnya sendiri. Ini pula yang terjadi dalam pembentukan strata kelas ekonomi dalam masyarakat.
Manusia mengelompokkan status ekonomi seseorang sebagai salah satu cara untuk menegaskan bagaimana pula status sosial yang didapatnya. Akan tetapi, tentu saja pembahasan ini hanya akan disudutkan pada status ekonomi saja, mengingat terbatasnya kemampuan serta waktu yang tersedia.

Rabu, Maret 06, 2013

DELIRIA[i]



Setahun adalah ukuran waktu, semu, hanya buatan manusia. Bukan kau dan aku, tapi kuantitas standar sebagai patokan ukuran. Antara ruang, waktu, bahkan sampai ketidaktahuanmu menjadi saling terkait, mengait, hingga sebab akibat pun membuncit. Setahun bukan sebuah ukuran yang singkat, namun juga tak lama. Relatif. Sampai akhirnya ukuran otak kita yang hanya 1500cc ini menyerah pada keterbatasan kemampuan berpikir, relativitas pun muncul.

Kamis, Januari 10, 2013

Haya dan Baju Keyakinan


Seseorang tak pernah lepas dari apa yang diyakininya. Tentu saja karena ia manusia. Tak luput dari perasaan dan juga akal pikiran yang membutuhkan kepercayaan hingga bersifat yakin. Seorang yang memiliki agama tentu akan berkeyakinan. Bahkan yang atheis sekalipun yakin atas dirinya sendiri, tentang apa yang ia pikirkan dan juga ia lakukan.