Pendidikan
adalah investasi bangsa. Kemajuan Negara tentu saja bertumpu pula pada kemajuan
pendidikannya. Sayang, di Indonesia tak semua mendapatkan kesempatan mengenyam
pendidikan secara adil. Terjadi perbedaan kasta dalam setiap jenjang pendidikan
formal. Dibentuknya RSBI dengan biaya mahal dan juga besarnya uang yang harus
dikeluarkan untuk menempuh pendidikan tinggi, menjadi sebuah ketakutan bagi rakyat
marginal kelas bawah.
hanya tempat menuang berbagai sketsa ide yang berserak dalam kehidupan tanpa harus melalui lorong waktu yang tajam.
Minggu, Oktober 28, 2012
Sabtu, Oktober 27, 2012
Damai itu indah?
Permusuhan seringkali dipandang sebagai hal yang negative. Ketika kedamaian menjadi idaman, sebuah anggapan ideal yang menjadi harapan semua mayoritas manusia. Akhirnya pun timbul ungkapan damai itu indah. Laiknya rotasi bumi yang terus berputar, ataupun gerak sistem tata surya yang terus teratur tanpa ada kendala, manusia sebagai mahluk sosial pun berkeinginan demikian. Aku, kau, dan mereka, tak ingin rasanya ada pertikaian ataupun konfrontasi.
Kamis, September 06, 2012
Nasib Waktu
Waktu. Hidup dimana pun, dari dunia sampai akhirat, tak pernah terpisahkan dari kata yang lima huruf itu. Mengikat tiap hal yang nyata maupun tidak, dari maya sampai secara fisik nyata, hingga semua yang tak terjangkau imajinasi kita.
Layaknya panas bumi, waktu sedemikian terselubung, terhalang dari fase ke fase, dari lapisan ke lapisan. Tak ada habisnya ia menggumuli semua yang ada maupun tak ada. Tanpa peduli ia cengkeram materi, kosmos, hingga uraian ide yang terkecil. Dengan misterius ia runtuti kita, dia, mereka, sejak konsepsi bahkan ide, sampai jadi sejarah hingga punah tanpa apa-apa.
Senin, Maret 26, 2012
Mau Kemana ????
Perkerjaan dan
profesi. Dua kata yang sering menjadi acuan kita dalam memilih jenjang
pendidikan maupun jurusan yang kita ambil. Saat ini, memang mungkin kita telah
mengalami pergeseran tujuan pendidikan secara nyata. Jika jaman dahulu
pendidikan dimaksudkan secara sempit untuk mengubah pandangan seseorang dari
hal-hal mistik menjadi empiris, maka saat ini berubah, untuk mendapatkan
perkerjaan secara riil.
Saya secara
tidak langsung menjadi teringat jaman politik etis Van Der Venter (semoga benar
menulisnya), juga jaman Kartini, Dewi Sartika, Boedi Oetomo, dsb. Saat itu,
pendidikan diadakan sebagai sebuah
Selasa, Maret 13, 2012
BOKER
MENULIS = BOKER
Buku, tulisan,
dan pendidikan. Tentu tak dapat kita pisahkan. Bahkan bila kita melihat lebih
jauh, lebih luas, maju tidaknya suatu kebudayaan pun diukur dan ditunjang oleh
minimal ketiga hal tersebut. Sebut saja masa sejarah, masa dimana manusia mulai
mengenal tulisan menurut buku diktat zaman SMP, ditandai dengan aksara yang
dikumpul dan menjadi sebuah tulisan. Indonesia sendiri masuk masa sejarah pada
abad keempat, ditandai dengan ditemukannya prasasti kerajaan Kutai.
Tulisan, saya
rasa semua yang bersekolah, mayoritas akan bisa menulis (bukan sekolah PAUD
tentunya). Namun, bagaimana isi tulisan tersebut, bermaknakah, berisikah,
berilmukah, atau hanya coretan huruf-huruf tak bermakna? (walau dalam
psikologi, setiap goresan itu mempunyai makna tersendiri hehehe). Inilah yang
menjadi soal. Tak semua tulisan enak dibaca. Tak semua kata-kata mudah
dipahami. Tentu pula tak semua kalimat itu bermakna.
Pendidikan Politik untuk Mahasiswa Segolongan
Pendidikan
Politik untuk Mahasiswa Segolongan
Beberapa waktu
belakangan ini, bahkan baru saja berakhir, suasana perpolitikan mahasiswa di
kampus UGM ramai. Pemilihan Mahasiswa Raya (Pemira) baru saja usai. Telah
terpilih anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) juga Presiden Mahasiswa
(Presma) BEM KM. Sekitar sebelas ribu mahasiswa berpatisipasi dalam pemira
tahun ini, jumlah yang hampir tak begitu banyak berubah dari tahun kemarin.
Sedikitnya
mahasiswa yang berpatisipasi kadang menimbulkan pertanyaan. Masih
representatifkah hasil pemilihan tersebut? Ataupun barangkali, masih
diperlukankah lembaga-lembaga mahasiswa tersebut?
Langganan:
Postingan (Atom)