saya sadar setiap manusia dimiliki kelebihan dari mahluk lainnya. dan memang terbukti benar bahwa manusia dari asalnya dari sudut pandang mana pun selalu terbukti bahwa manusia tidak berasal dari hewan. kita adalah spesies kesempurnaan. tapi saya sendiri tak suka menggunakan kata spesies bagi manusia. kita buka keluarga macaca atau apapun itu. kita adalah manusia. manusia yang terlalu manusia.
kita dianugerahi otak yang mampu berakal, berencana, juga berpikir secara sistematis bahkan acak. apalah kurangnya. tak ada yang menandingi manusia dalam menggunakan otak. bahkan hewan tercerdas sekalipun.
namun,terkadang saya dan juga yang lain akhirnya terjerumus dalam dogma ini. kita terlalu bergembira dan lalu mengenangnya selalu bahkan membawa kemana-mana bahwa kita adalah manusia. jauh lebih hebat dari mahluk nyata yang lain. benarkah begitu?
dalam hakikatnya seharusnya mereka yang paling dalam segala hal mengayomi, melindungi, menata dan yang me semualah asal yang baik-baik terhadap mahluk lain. tapi nyatanya? inikah manusia? entahlah. saya sendiri masih sering terkadang membunuh semut hanya karena menggigit saya walaupun saya sering memberi mereka makanan di dalam kamar pengap kecil saya.
ketika merasuk dalam ranah dogma. maka kita dapati bahwa manusia juga mahluk yang paling sempurna di banding mahluk-mahlukNya yang lain. manusia diberi nafsu tapi juga nurani. hal yang tak dimilik oleh mahluk lainnya. syetan hanya mempunyai nafsu, bukan nurani begitu kata-kata digma yang saya pahami sehingga mereka mampu konsisten dengan sangat sabar dalam menghasut manusia. malaikat sendiri hanya diberi nurani tanpa nafsu sehingga mereka begitu patuh tanpa kompromi menaati segala kehendakNya. dan manusia sendiri bebas memilih untuk mempergunakan nurani juga nafsu mereka.
tak perlulah saya bahas dogma untuk membuktikan kebenarannya karena dilihat dari sudut pandang manapun dogma-dogma ini selalu benar. sempurna. tiadalah hasil bagi mereka yang menyangkal karena dogma ini datangnya dari Pencipta merera sendiri. tapi bila kita lihat dari kacamata manusia sebagai manusia akan kita dapati hal-hal yang rancu.
bila manusia memang lebih buruk dari malaikat mengapa kita yang di uji ata duanugerahkan (bahasa mereka yang merasa oprimis tanpa negatif) untuk turun ke dunia dan bebas memilih jalan? bukankah hanya yang terbaik yang selalu di uji? ujian pun datang makin lama makin berat karena hanya yang mamapu di uji lah yang akan di uji. begitu bukan?
jika ada yang beranggapan bahwa manusia lebih baik dari malaikat (bahasa mereka yang megalomaniac tanpa negatif). mengapa manusia banyak yang masuk neraka? mengapa manusia sendiri kadang tak mengeri posisinya atau tempat terbaiknya? malaikat sudah tahu peranannya dan juga tempat terbaiknya!
kali ini banyak manusia yang menghujat setan,iblis, atau apapun itu. manusia itu lebih baik dari iblis (bahasa mereka yang putih tanpa negatif). dan ini setiap manusia sama pandangannya. timbul lai sebuah pertanyaan. bukankah manusia lebih serakah dari iblis? bukankah manusia lebih jahat dari iblis? iblis sendiri selalu berkerja sama sesamanya dan saling bahu membahu dalam mengerjakan kehendaknya. manusia? saling membunuh atau saling menjatuhkan? bahkan manusia sendiri takut pada setan. jadi mana yang lebih baik?
saya sendiri ketika timbul pertanyaan tak jelas seperti itu maka akan tersenyum dan selalu mengaggungkan manusia. karena saya yakin. manusia selalu terlalu manusia. dan tugas manusia hanyalah menjadi manusia dengan segala konsekuensinya.