Hidup semakin banal ketika jauh dari belajar dan buku. Lembaran demi lembaran aksara yang tercetak rapi, serta kencangnya perputaran otak untuk mengerti segala sesuatu, jauh membikin tiap tarikan nafas lebih berwarna.
aksara berserakan
hanya tempat menuang berbagai sketsa ide yang berserak dalam kehidupan tanpa harus melalui lorong waktu yang tajam.
Senin, Agustus 24, 2015
Kamis, Juli 02, 2015
Si Nasib dan Sahabat-sahabatnya
Ada penggalan salah satu hikayat Afganistan berkata, sungguh bodoh orang yang menangisi kesialan
dan tak mau belajar dari pengalaman, ya, kesialan dan pengalaman. Di antara
keduanya, terkadang mereka saling berpelukan mesra. Ibarat sahabat, mereka
berdua terkadang berjalan beriringan, namun tak jarang pula berjalan
sendiri-sendiri, bermusuhan barangkali. Itulah kiranya yang terjadi pada setiap
manusia. Tak ubahnya jalan menuju Roma, berkelok-kelok, naik turun, kadang pula
harus berhenti dan memutar balik.
Rabu, Desember 24, 2014
jalan muram
Terkadang jalan akan bercabang. Perempatan, pertigaan, bahkan perlimaan atau mungkin lebih, harus dilalui. Mata kita akan awas pada setiap pengguna jalan yang lain. Hati-hati, kecepatan menjadi titik penentu. Keselamatan jadi penting. Namun, terkadang kita harus memilih resiko. Entah itu besar atau kecil, resiko yang kita pilih akan membuntuti. Ia membonceng di jok belakang, berpegangan erat pada punggungmu
bilamana motor kau pilih sebagai pengantar. Ada saatnya mobil kau gunakan, lalu ia akan duduk disampingmu, memandangmu dengan tatapan tajam, menyeringai, mungkin tersenyum, meskipun kau terus sibuk menyetir mengendalikan laju.
Senin, Desember 15, 2014
Titian Nasib 1
Tahukah
kamu? Bahwa nasib itu saling tumpang tindih? Mereka berkesinambungan antara
satu dengan yang lain. Satu hitam, yang lain ikut buram.
Kalau
saja kau mujur, bisa saja kau dilahirkan pada juragan batik atau jamu. Lalu kau
bisa seenaknya memilih sekolah, jurusan, bahkan jajanan yang ingin kau makan.
Kalau sial,setidaknya kau masih jadi anak juragan!
Minggu, September 14, 2014
Jarak
Sebenarnya
jika kau tahu, jarak hanyalah ilusi. Ia hanya mengelabui pandanganmu yang tak
lebih dari pembatasan imaji. Setiap jengkal yang kau lihat, membuat bayangan
akan bentuk sebelum adanya menjadi kabur. Ia lari, menghilang, ditelan asap
yang bernama fakta. Bahkan ketika itu dilukiskan secara surealis, kata-kata
hingga rona tersirat dalam otak berubah, menjadi butiran-butiran yang
mengumpul. Setiap butir berpegangan erat. Satu per satu. Memanjang, melebar,
meninggi, dan saling mengisi. Begitulah jarak diciptakan.
Kamis, Februari 06, 2014
Pemimpin Cepat Saji = Pemimpi-n?
*Dalam
tulisan ini saya kesampingkan semua buku teori yang ada. Saya hanya melihat
dalam kacamata faktual saja sebagai keluh kesah seorang manusia. Opini ini
bersifat subjektif. Tulisan ini pun tak teratur. Kritik dan saran tentu
sangatlah diharapkan oleh penulis,
Manusia
tak mampu hidup sendiri. Mereka berbaur satu dengan yang lain. Biasanya
membentuk kelompok dengan minimal suatu kesamaan, baik itu tujuan, kegemaran,
bahkan sampai kebencian. Tiap-tiap kelompok mau tak mau selalu ada yang dominan.
Hal ini dikarenakan cara interaksi masing-masing manusia berbeda.ada yang kuat,
mudah diterima, dan ada pula yang lemah dan menjadi pasif.
Selasa, Oktober 22, 2013
Kepada Sahabat
Kita adalah sekelompok
Jiwa yang tetirah pada kemapanan
Mencari madu semau hati
Seperti asap yang keluar
dari cerobong-cerobong pabrik
tempat masa depan diserahkan
kita adalah sekelompok manusia bersekat
pada sunyi malam
bertanya pada keberanian
bagai menerjemahkan lagu angin
yang menghantam sisi
tebing curam peraduan
kita adalah sekelompok manusia penanti purnama
dan dinginnya malam
rasa jadi beku
jarak menjelma semu
dan kita adalah sekelompok manusia yang menyerah
pada aturan baku
memenjara aku dan kamu
(Jarak Ijo, Ngadas. 22 Juli 2013, 22:42)
Langganan:
Postingan (Atom)