Hidup semakin banal ketika jauh dari belajar dan buku. Lembaran demi lembaran aksara yang tercetak rapi, serta kencangnya perputaran otak untuk mengerti segala sesuatu, jauh membikin tiap tarikan nafas lebih berwarna.
hanya tempat menuang berbagai sketsa ide yang berserak dalam kehidupan tanpa harus melalui lorong waktu yang tajam.
Senin, Agustus 24, 2015
Kamis, Juli 02, 2015
Si Nasib dan Sahabat-sahabatnya
Ada penggalan salah satu hikayat Afganistan berkata, sungguh bodoh orang yang menangisi kesialan
dan tak mau belajar dari pengalaman, ya, kesialan dan pengalaman. Di antara
keduanya, terkadang mereka saling berpelukan mesra. Ibarat sahabat, mereka
berdua terkadang berjalan beriringan, namun tak jarang pula berjalan
sendiri-sendiri, bermusuhan barangkali. Itulah kiranya yang terjadi pada setiap
manusia. Tak ubahnya jalan menuju Roma, berkelok-kelok, naik turun, kadang pula
harus berhenti dan memutar balik.
Langganan:
Postingan (Atom)